Diatas adalah cover
dan sedikit spoiler dari buku anak yang
saya buat. Sebenarnya buku ini dibuat sebagai tugas ilustrasi semester
lalu, iseng-iseng coba saya ajukan ke JP
book kids .... Dan wah diterima~ :3 doakan PO-nya segera turun dan buku ini
bisa segera terbit. Tugas lain yaitu buku komik edukasi yang saya buat berjudul
"Belajar Bersama Mimi dan Kakak - Metamorfosis Sempurna" juga saya
ajukan, dan sepertinya pihak JP book tertarik, tetappi masih harus dilakukan
sedikit revisi - rambut mimi harus "dicat" hitam agar karakter mimi
lebih seperti anak Indonesia, mungkin.
Kembali ke buku
Hanoman, pertimbangan saya saat memilih
kisah Hanoman adalah memasukkan muatan lokal seperti kisah Ramayana menjadi
buku anak. Kisah Ramayana sebenarnya
kaya muatan dan pesan moral yang membentuk karakter. Selama ini pasar buku anak
dipenuhi buku-buku impor dan buku yang di penuhi karakter-karakter yang sering
muncul di televisi. Buku jenis ini memenuhi toko buku karena memang pasti laku
karena anak lebih suka karakter-karakter yang sudah dekat dengan mereka.
Lalu apakah
buku-buku cerita lokal bisa bersaing dengan buku-buku tersebut? Dari segi
cerita, saya memilih cerita Hanoman karena sosok hanoman bisa diintrepretasikan
menjadi kera putih yang lucu dan jalan ceritanya paling bisa diterima
anak-anak. Ada beberapa versi kisah
Hanoman ini, Salah satu versi mengatakan bahwa
Hanoman lahir secara tidak sengaja karena hubungan antara Bayu dan
Anjani. Diceritakan bahwa pada suatu hari, Dewa Bayu melihat
kecantikan Anjani, kemudian ia memeluknya. Anjani marah karena merasa dilecehkan.
Namun Dewa Bayumenjawab bahwa Anjani tidak akan ternoda oleh sentuhan
Bayu. Ia memeluk Anjani bukan di badannya, namun di dalam
hatinya. Bayu juga berkata bahwa kelak Anjani akan melahirkan seorang
putera yang kekuatannya setara dengan Bayu dan paling cerdas di antara
para wanara.
Sudah pasti konten
diatas tidak pantas untuk dimasukkan sebagai materi dalam buku anak. Lalu
seberapa banyak cerita Ramayana yang bisa dikisahkan kepada anak-anak? Atau
memang kisah Ramayana bukan untuk diceritakan kepada anak-anak? Hem.. Mungkin
saya masih harus lebih banyak belajar. Setahu saya, cerita dongeng klasik dari
barat seperti Putri Salju, si Tudung Merah, Cinderella, Hansel dan Gretel, dan
lainnya bukanlah cerita-cerita dengan akhir yang bahagia atau Happy Ending
seperti sekarang. Kisah-kisah ini dulunya cerita yang lebih gelap, tragis,
selalu ada yang tewas, dan tidak terlihat sebagai kisah pengantar tidur untuk
anak. Mungkin postingan berikutnya akan saya ulas tentang cerita-cerita anak
yang bukan konsumsi anak. Bagaimana menurut kalian? Apakah batasan konten itu
kembali kepada pribadi masing-masing, atau mungkin orang tua?