Senin, 23 April 2012

Sedikit Promosi dan Penyemangat Diri






Diatas adalah cover dan sedikit spoiler dari buku anak yang saya buat. Sebenarnya buku ini dibuat sebagai tugas ilustrasi semester lalu,  iseng-iseng coba saya ajukan ke JP book kids .... Dan wah diterima~ :3 doakan PO-nya segera turun dan buku ini bisa segera terbit. Tugas lain yaitu buku komik edukasi yang saya buat berjudul "Belajar Bersama Mimi dan Kakak - Metamorfosis Sempurna" juga saya ajukan, dan sepertinya pihak JP book tertarik, tetappi masih harus dilakukan sedikit revisi - rambut mimi harus "dicat" hitam agar karakter mimi lebih seperti anak Indonesia, mungkin.





Kembali ke buku Hanoman, pertimbangan saya saat  memilih kisah Hanoman adalah memasukkan muatan lokal seperti kisah Ramayana menjadi buku anak. Kisah Ramayana  sebenarnya kaya muatan dan pesan moral yang membentuk karakter. Selama ini pasar buku anak dipenuhi buku-buku impor dan buku yang di penuhi karakter-karakter yang sering muncul di televisi. Buku jenis ini memenuhi toko buku karena memang pasti laku karena anak lebih suka karakter-karakter yang sudah dekat dengan mereka.

Lalu apakah buku-buku cerita lokal bisa bersaing dengan buku-buku tersebut? Dari segi cerita, saya memilih cerita Hanoman karena sosok hanoman bisa diintrepretasikan menjadi kera putih yang lucu dan jalan ceritanya paling bisa diterima anak-anak.  Ada beberapa versi kisah Hanoman ini, Salah satu versi mengatakan bahwa Hanoman lahir secara tidak sengaja karena hubungan antara Bayu dan Anjani. Diceritakan bahwa pada suatu hari, Dewa Bayu melihat kecantikan Anjani, kemudian ia memeluknya. Anjani marah karena merasa dilecehkan. Namun Dewa Bayumenjawab bahwa Anjani tidak akan ternoda oleh sentuhan Bayu. Ia memeluk Anjani bukan di badannya, namun di dalam hatinya. Bayu juga berkata bahwa kelak Anjani akan melahirkan seorang putera yang kekuatannya setara dengan Bayu dan paling cerdas di antara para wanara.

Sudah pasti konten diatas tidak pantas untuk dimasukkan sebagai materi dalam buku anak. Lalu seberapa banyak cerita Ramayana yang bisa dikisahkan kepada anak-anak? Atau memang kisah Ramayana bukan untuk diceritakan kepada anak-anak? Hem.. Mungkin saya masih harus lebih banyak belajar. Setahu saya, cerita dongeng klasik dari barat seperti Putri Salju, si Tudung Merah, Cinderella, Hansel dan Gretel, dan lainnya bukanlah cerita-cerita dengan akhir yang bahagia atau Happy Ending seperti sekarang. Kisah-kisah ini dulunya cerita yang lebih gelap, tragis, selalu ada yang tewas, dan tidak terlihat sebagai kisah pengantar tidur untuk anak. Mungkin postingan berikutnya akan saya ulas tentang cerita-cerita anak yang bukan konsumsi anak. Bagaimana menurut kalian? Apakah batasan konten itu kembali kepada pribadi masing-masing, atau mungkin orang tua?